Pengamen itu Budak Seksku

Kisah ini bermula pada saat aku pulang kantor. Namun sebelum itu, aku perkenalkan diri dahulu, namaku Idan, itu hanya nama panggilan, dan tak usah ku sebutkan jelasnya. Umurku 28 tahun, dan di umur ini, aku telah meraih S2 dan bekerja menjadi manager di sebuah perusahaan di Bandung Hidupku lumayan berkecukupan, rumah yang cukup besar di sebuah kompleks, dan mobil pribadi merupakan raihan atas kerja kerasku. Namun, meski sudah banyak yang kuraih, aku belum juga memiliki istri. Bukan tidak laku, wajahku yang lumayan dan tubuhku yang juga lumayan, banyak perempuan yang mendekati. Namun, pengalaman burukku dengan mantan kekasih yang meninggalkanku tanpa alasan, menjadikan aku trauma untuk berpacaran. Walhasil aku tak juga dapat calon istri.

Namun, meski begitu, namanya laki-laki memiliki birahi yang cukup tinggi. Bahkan, aku rasakan birahiku sangat tinggi, hampir setiap hari, harus saja aku keluarkan mani ku sendiri. Sampai lima kali, baru aku benar2 puas. Karena di rumah hanya sendirian, kadang ketika santai aku tak pakai baju maupun celana di rumah. Coli pun bisa kulakukan bebas dimana saja. Kadang di depan tv, kamar, dapur dan dimanapun aku mau. Namun, aku tak jua berkehendak memiliki pacar atau istri, “jajan” juga tak pernah, aku hanya bisa bermain sendiri. Sampai umurku yang segini, aku hanya pernah satu kali ML, dengan pacarku yang akhirnya memutuskan pergi. Kadang terpikir untuk jajan, karena untuk pacaran aku malas, tapi selalu buru2 ku urungkan niatku untuk soal itu. 

Namun kehidupanku berubah sejak saat pulang dari kantor, sore itu. Ketika ku pacu kuda besiku di jalan menuju pulang, aku sempat terhenti oleh kemacetan di perempatan. Saat itu, banyak sekali peminta-minta mendatangi mobilku. Aku memberikan receh ke setiap peminta-minta yang datang. Lalu, kemudian aku didatangi oleh seorang pengamen. Ia seorang gadis, suaranya merdu dan kelihatan lihai memainkan gitarnya. Meski dengan baju yang kumal, aku melihat ada kecantikan yang tersembunyi dibalik debu-debu yang menempel di mukanya. Ia kelihatan pucat seperti sakit, namun tetap mengamen dengan sepenuh hati. 

Aku sedikit terkagum dengan suaranya itu, juga merasa iba dengan pucat mukanya. Kemudian aku buka jendela kaca mobilku. “Neng, udah nyanyinya..kasian, sakit yah?” tanyaku iba. “Iya a, nuhun (terimakasih),” saat ku beri uang selembar sepuluh ribu. Karena iba, akupun kembali memanggilnya lagi dengan maksud membawanya ke dokter. Ia yang sedikit berjalan lemah dan tertatih, aku ajak masuk ke mobilku. “Hayu neng, tenang sama aa dibayarin dokternya, kasihan..” kataku mengajak. Sejenak ia ragu, namun akhirnya mau juga karena mungkin tidak tahan karena sakitnya.

Setelah Ia masuk mobil dan lampu hijau, akupun memacu kembali mobilku namun tujuanku berbeda: ke dokter. Di mobilku, aku sempat tanya-tanya anak yang berpakaian kaos ketat kekecilan dan celana pendek jeans itu. 

“Neng, namanya siapa?” tanyaku memecah keheningan yang sempat hinggap.

“Fitri a, nuhun ya a..” jawabnya.

“Iya tenang aja Fitri, kasihan.. udah lama ngamen?”

Dari percakapan itu akhirnya akupun tau bahwa Fitri sudah mengamen satu tahun. Ibu bapaknya sudah meninggal, tinggallah ia bersama kakaknya. Namun kemudian kakaknya pergi dengan laki-laki dan tak pernah kembali. Fitri terpaksa menghidupi dirinya sendiri dengan mengamen. Umur Fitri, 15 tahun yang beberapa bulan lagi 16 tahun. Ia mengaku sejak pagi tidak enak badan, karena dari kemarin belum juga makan. Ia memaksakan diri untuk mengamen agar dapat uang untuk hidup.

Tak berapa lama, akupun sampai di sebuah klinik. Aku daftarkan Fitri untuk diperiksa. Kata dokter, dia hanya dehidrasi dan kurang makan. Diberinya resep vitamin, dan obat lainnya yang aku tidak begitu mengerti. Setelah itu, aku ajak Fitri untuk makan, karena kebetulan akupun belum makan sejak siang tadi. Setelah habis makan, akupun kembali memacu kuda besi, menuju perempatan tadi. Dari obrolan di rumah makan, Fitri ini anak yang menyenangkan dan penurut. Sopan tak seperti layaknya anak jalanan yang berwatak keras. Dengan seketika akupun menyukai gadis manis ini. Di mobil aku sempat berbincang, “Fit, udah aja kerja di rumah aa? Fitri mah tugasnya Cuma jagain rumah aa, bersih-bersih, masak dan ngurusin yang ada di rumah aa, ntar sama aa digaji tiap bulan, makan dan yang lainnya aa yang tanggung,” kataku menawarkan kepada Fitri. Tak lama Fitripun menyetujui, toh iapun sudah tak punya siapa-siapa dan sudah lelah ngamen di jalanan.

Tak jadi ke perempatan, akupun memacu kuda besiku, menuju Rumah. Sampai dirumah, aku kenalkan setiap sudut rumah, mana yang mesti bersih, mana yang mesti beres dan tempat masak, kebetulan ia bisa masak. Aku yang biasa makan diluar, cukup gembira dengan kedatangan Fitri yang artinya bisa memasak untukku. Akupun memberinya uang belanja untuk makan malam, aku tambah dengan uang yang bisa ia beli untuk dirinya sendiri. Setelah itu aku antar Fitri ke kamarnya di belakang dekat dapur. Akupun menyuruhnya mandi dahulu setelah itu belanja, akupun pamit ke kamarku untuk beristirahat dan mandi.

Setelah mandi, akupun nongkrong depan televisi. Fitri yang selesai mandi dan bergegas ke tempat belanja tak jauh dari rumah, menyempatkan diri melewat didepanku dan pamit. “A, aku berangkat ya,” ujarnya memecah konsentrasiku menonton. Bukan main, setelah Fitri mandi, tiba tiba aku lihat Fitri begitu cerah, ia kelihatan cantik setelah mandi, tak kumal seperti tadi. Mukanya kuning langsat dan cukup mulus, bibirnya mini, rambut sebahu, dan deg, aku langsung berdebar kala melihat payudaranya. Di mobil tadi, ia tak seperti ini, tadinya kumal, dan pucat, namun setelah mandi dikasih makan dan minum obat, seketika ia berubah segar kembali dan jadi kelihatan cantik.

Aku melongo melihat Fitri kali ini, dengan kaosnya yang masih tak diganti yang kekecilan, payudaranya membusung membuat kontolku sontak berdiri. Betapa beruntungnya aku ternyata dapatkan anak manis ini ada dirumahku. Aku yang melihat baju dan celananya yang masih sama, memberi uang tambahan kepadanya. “Fit, kamu beli baju yah, buat kamu yang pantes, beli celananya sekalian,” kataku, dan uangnya ia terima. “Mmmh,, a, boleh Fitri belikan juga daleman nggak?,” katanya ragu dan malu malu. Karena uang yang kuberi pasti cukup, langsung aku iyakan, dan lantas aku menyadari payudaranya yang membusung itu tanpa dilapisi bra.

Fitri segera bergegas pergi meninggalkanku yang konak karenanya. Aku mulai berfikir, bagaimana caranya aku menikmati tubuhnya yang indah itu. Akupun memainkan kontolku, namun aku tahan, aku ingin mengeluarkannya di memek Fitri. 

Cukup lama juga Fitri belanja kebutuhan makanan dan pakaian. Sampai hampir maghrib baru ia datang. “A, tadi wortelnya ga ada, sama Fitri ganti lobak aja yah?” katanya kepadaku yang sedang mengambil air di dapur. “Iya gapapa fit, udah beli baju teh? Ganti bajunya atuh,” sambil ku sunggingkan senyumanku kepadanya. “Iya a, Fitri juga mau mandi lagi, gerah,” katanya pamit kepadaku lalu menuju kamarnya. Aku kembali menonton tv, namun sempat melihat goyang pinggulnya saat berjalan menuju kamarnya. Namun ia tak jadi kekamar, balik lagi kedapur menghampiriku yang sedang memperhatikan pantatnya yang semok. “Ah, nanti aja a mandinya, tanggung kan Fitri mau masak dulu,”katanya berbalik. Tak sadar, aku yang saat itu hanya menggunakan boxer, kontolku mencuat di celana, karena sudah tegang melihat pantat Fitri. Sempat kulihat dia melirik ke arah kontolku, namun segera mengubah pandangannya ke sayuran.

Akupun pergi meninggalkannya, dengan sedikit puas. Kembali ku menonton tv, selama menonton aku tak konsen, terus memikirkan dan meyakinkan bahwa malam ini maniku mesti keluar di memek Fitri.Toh ia sudah jadi pelayanku, dan harus melayani kebutuhan seksualku juga. “A..makanan sudah jadi!” teriak Fitri dari dapur, akupun bergegas datang. Bukan main, Fitri yang sudah mandi dan ganti baju ternyata kelihatan jadi lebih cantik dari sebelumnya. Dia membeli rok kain, dan baju berkancing. Penampilannnya sungguh membuat kontolku nyut-nyutan.

Aku mengajaknya makan bersama, sambil ku curi curi pandang ke payudaranya yang besar. Entah apa ukurannya, aku tak begitu mengerti. Yang jelas, susunya besar untuk ukuran gadis kecil umur 16 tahun. Selama makan kami ngobrol-ngobrol dan bercanda, serasa pengantin baru. Beberapa kali Fitri ku goda dan ku puji, dia malu, seringnya dia mengucapkan terimakasih padaku, dan tak tahu bagaimana membayar kebaikanku. Seusai makan Fitri masuk ke kamarnya. Kamar yang tak ada kuncinya, karena aku yang pegang.

Setelah menonton tv, akupun kekamarku. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Aku tak bisa tidur, membayangkan terus Fitri yang kini ada di rumahku. Karena tak tahan, akupun memberanikan untuk ke kamar Fitri, aku ingin menikmati tubuhnya malam ini. Dengan mengendap-endap, aku masuk ke kamar Fitri yang tak jauh dari kamarku juga. Perlahan, aku buka pintu yang tak ada kuncinya itu. Kulihat Fitri sudah tergolek, tertidur. Roknya sedikit tersingkap sampai lutut. Dadanya naik turun perlahan seiring hembus nafasnya. 

Aku mengendap mendekati Fitri, memandangi lekuk tubuh gadis yang berperawakan tinggi sekitar 157 cm, dengan dada yang besar dan kulit mulus kecoklatan. Namun, pahanya yang sedikit terbuka, kulitnya berbeda, kuning mulus tanda yang kecoklatan hanya terbakar matahari. Wajahnya ayu, manis, dan lucu. Perlahan aku daratkan tanganku di dadanya. Bukan main besarnya, lembut juga, aku remas pelan susunya yang besar itu dari luar bajunya yang baru. Kenyal, dan ranum karena masih ABG dan ternyata, bra yang dibelinya tadi tak ia pakai untuk tidur!. Wah semakin menikmati aku meremas susunya yang lama-lama menjadi padat. Roknya perlahan aku singkap, naik, naik, memperlihatkan gundukan memeknya yang ditutup celana dalam yang masih baru. Warnyanya putih, namun sedikit tipis, memperlihatkan lekuk belahannya yang cukup tembem.

Puas ku remas susunya, akupun mendaratkan tanganku di memek Fitri. Aku korek belahan memeknya yang masih tertutup celana dalam. Ia sedikit bergerak, gerak, ku tak khawatir dia terbangun, toh kami hanya berdua di rumah besar ini. Akupun perlahan memelorotkan celananya hinggga lutut. Pahanya mulus, kuning langsat. Memeknya mulus dengan bulu bulu halus yang mulai tumbuh. Tak membuang waktu aku mulai mengelus memeknya. Memeknya kenyal, belahannya sedikit lembab. Aku korek-korek memeknya, itilnya kubuka dan ku elus perlahan. Memek abg memang mulus, membuatku sangat terangsang. Aku terus-terus mengelusi memeknya yang lembut. Pantatnya sedikit bergeser ke kanan ke kiri saat aku memainkan memeknya yang lembut. 

Saat ku melihat wajahnya, ternyata Fitri sudah terbangun. Ia memandangiku dengan muka sayu. Tanganku masih di memeknya, dan aku senyum kepadanya. “Fit, aa pengen ngewe Fitri yah? Boleh kan?” sambil ku mainkan memeknya. Fitri hanya memandangiku, ia jelas sudah tahu maksud perkataanku, aku terus senyum padanya, dan perlahan menganggukkan kepalanya masih dalam keadaan terlentang. “Pelan ya, a..” katanya pelan, hanya itu yang keluar dimulut Fitri. Akupun langsung buka boxerku, dan kontolku yang tegang langsung mengacung.

Aku naik ke ranjang Fitri. Memandang matanya yang ia juga memandangiku. Sambil sesekali melihat kebawah ke kontolku yang berdiri tegak. Ia memandangiku saat aku beringsut menuju sela antara kedua pahanya, seolah menanti perlahan apa yang akan terjadi pada dirinya. Aku tak hendak melama-lama, tak mau foreplay dulu karena yang dikepalaku ingin segera menikmati memek sebelum Fitri berubah pikiran. Perlahan aku arahkan kontolku yang berukuran standar, ke sela memeknya yang sempit. Tangan Fitri masih tak bergerak terlentang. Mata Fitri terus memandangi wajahku yang tengah mencoba memasukkan kontolku ke memeknya.

“Tahan ya fit,” saat kepala kontolku mulai menyelip di belahan memeknya. Akupun menopang tubuhku dengan kedua tangan disamping ketiak Fitri. “Aaaaccchhh..” desahku saat mulai masuk perlahan ke memek Fitri yang sempit. “mmmmhhhhhhhhh..” desah fiitri, mata yang asalnya memandangi wajahku, naik keatas bersembunyi seiring tusukan kontolku di memeknya. “aaachhh..” “awwhh, sakit a,,” kata Fitri saat kontolku mulai bergerak dan menabrak selaput daranya. “aaaaacchh..ssshh, sakit memeknya a,,gamuat kontol aa..” katanya sambil meringis. “Ntar juga masuk sayang, aaahh memek Fitri sempit, enak..aaacchh” kataku sambil mendorong kontolku lebih masuk ke memek Fitri. 

“aaaaarggghh.. aa...ssshhh..haahh..” desah Fitri saat perawannya ku bobol. Akupun menghentikan entotanku, membiarkan memek Fitri beradaptasi dengan kontolku yang sudah melesak ke memeknya. Akupun memeluk Fitri, mencumbui pipinya, memaguti mulutnya. Tak lupa payudaranya ku remas, ia hanya mendesah pelan. “A, sakit memek aku,” katanya sambil berbisik. “Ntar juga enak Fit, tiap hari ku aa ewe nya, Fitri mesti biasa di ewe ku aa..” kataku, sambil mencium bibirnya yang mungil. “Iya a,” jawabnya sambil mengangguk pelan. Memeknya berkedut kedut, meremas remas kontolku. Fitri sedikit tersenyum, namun sudut matanya berair, keluar saat perawannya ku robek.

Akupun mulai memaju mundurka kontolku di memek Fitri. “aaah..aahh,, memek kamu enak fit, aahh ahh sshh ahhh..” “aaachh iya a,,,sshh enaakkhh ahh ahh ahh... memek aku jadi enak..shhh ahh” balas Fitri menikmati entotanku. “Oochh, enak ngewe kamu fit.. shh ahh ahh...”aku mulai mempercepat kocokanku di memeknya. “a, ewenya pelanin a.. aahh memek Fitri masih sakit..ahh sshh ahh..” kata Fitri merespon entotanku yang menjadi cepat. “Tahan ya sayang, uuhh shh ahh ahh...” sambil kupelankan entotanku di memek Fitri, gadis cantik 16 tahun ini.

“A, shh ahh... a..sshh ahhh kontol aa gede... shh ahh ahhh” racau Fitri. “A, udahan ngewenya a, sshh ahh.. Fitri pengen pipis.. ahh.. udah ngewenya ah...sshh ahhh ahhh” katanya lagi. Aku yang sadar Fitri hendak orgasme, malah mempercepat entotanku di memeknya. “Ahhh ahhh sayang sok pipisin aja..shh ahh ahh gapapa..shh ahhhh ahhh ah” sambil ku percepat mengocok memek sempitnya. Akupun merasa gak kuat menikmati jepitan memek abg Fitri yang sempit ini. “ahh ahhh ahhh.. aa, Fitri pengen pipis..sshhh iiiihhhhhhhhshshhhh” akhirnya Fitripun orgasme pertamanya, terasa kontolku disiam dan diremas hangat. “uuuuhhhhhhhhhhh... haahh haaahh haaahh...iiiihhhhh” desah Fitri sambil berorgasme dan memelukku erat.

Memek Fitri mulai licin dan semakin enak, aku mulai tak tahan untuk menyemprotkan mani ku di memeknya. Secara otomatis aku semakin mempercepat entotanku di memek Fitri. “oohh oohh sayaang...fitt.. ahhh ahh ahhhhhhh” aku terus bersemangan menggenjot memek Fitri dan Fitri sudah lemas menikmati orgasmenya. Tak lama akupun hendak muncrat “aaahhhh fitt, aa bucaatt.. shhh aahhhhhhh aarrgghh” dan crot berkali kali maniku tersemprot di memek Fitri. Akupun memeluknya erat, memagut liar bibir Fitri yang mulai hari ini menjadi pelayan seks ku.

Kita lama saling berpelukan. Lalu melepaskan pelukan, dan aku berbaring disampingnya dengan sama-sama setengah bugil. Aku masih pakai kaos, diapun masih pakai baju, namun roknya tersingkap sampai perut karena memeknya aku ewe. “Fit, enak nggak ku aa di ewe?” tanyaku sambil memeluk Fitri. “Enak a, Fitri baru pertama kali ewean, enak, aa ge hebat..nuhun aa..” kata Fitri tersenyum puas. “Fit, selama di rumah, layanin aa ya kalau aa pengen ngewe Fitri?” Kataku. “Iya a, kalau aa lagi pengen ngewe, Fitri ga akan nolak ngasih memek Fitri buat aa,” katanya sambil tersenyum puas. Akupun menciumnya mesra dan melampiaskan hasratku lagi di memek Fitri sampai pagi.

Sore itu, aku baru pulang dari kantor. Bekerja seharian membuat badanku pegal. Ditambah macet dijalanan, sekaligus panas menyengat, membuat kepalaku sedikit pening. Tubuhku lemas, konsentrasiku buyar karena banyak yang kupikirkan. Satu satunya yang membuatku masih bersemangat adalah satu ingatan: Fitri menunggu dirumah. Setelah kuparkirkan mobilku, aku berjalan sedikit lunglai, lelah. 

Begitu membuka pintu, secara tiba-tiba semangatku pulih kembali. Saat itu, Fitri sedang membersihkan meja dengan hanya memakai kaos longgar milikku, dan celana dalam tipisnya. Tiba-tiba kontolku langsung berdiri melihat Fitri jongkok dengan hanya memakai celana dalam. Terlihat belahan memeknya, samar samar tergaris di celananya. Pantatnya bergoyang-goyang saat mengelap meja. 

Sebentar dia menoleh kebelakang melihatku membuka pintu, “Udah pulang a?” katanya, sambil kembali mengelap meja dan membuat pantatnya goyang-goyang. Aku tak menjawab, namun langsung memelorotkan celanaku. Sekaligus celana dalam, sehingga kontolku langsung tersembul berdiri tegak. Perlahan aku mendekati pantat Fitri yang masih nungging mengelap meja. Perlahan aku tarik celana dalamnya, hingga paha. Fitri tak bereaksi, dan masih saja mengelap meja ruang tamu yang sebetulnya telah bersih.

Sambil Fitri meneruskan pekerjaannya, akupun meneruskan mengerjainya. Perlahan ku arahkan kontolku ke celah memek fitri yang nungging. Fitri mulai berhenti, merasakan sedikit-demi sedikit kepala kontolku menyeruak memeknya yang lembut. “ssshh...uuuccchh.. aa pengen ngewe Fitri,” bisikku sambil sedikit menekan kontol ke memeknya. “mmhh, aa...sshh..” desah-desah tertahan yang hanya terdengar dari mulut Fitri. Karena saking nafsunya, begitu kepala kontolku masuk ke liang memek Fitri, secara tiba-tiba aku dorong kontolku sekaligus masuk ke memek Fitri. Fitri sedikit terdorong, membuat meja tergeser, “aahhh..aa iiihh.. pelanin ngewenya, masih sakit memek aku,” ujar fitri bersungut-sungut memprotes. “Hihi.. maafin fit, aa ga tahan pengen ngewe Fitri,” aku diamkan kontolku di dalam, menikmati jepitan memeknya yang sempit. 

Aku elus pantat Fitri, elus rambut Fitri yang lagi nungging. “Ahh.. enak banget Fit,,” kataku memuji. Terasa, Fitri ngempot-ngempotin memeknya yang terganjal kontolku. “ahh..iya empotin terus sayang.. mmhh.. enak banget,,” ceracauku menikmati empotan memeknya. “Ssshh.. hihi.. enak nya a? mmhh..sok atuh ewe lagi a..jgn diem..” ujarnya, sambil menekan pantatnya kebelakang. “aah..aahh sshh ahh,,sempit memek kamu Fit,,shh ah..” desahku sambil memaju mundurkan kontolku menusuk memek Fitri. “oohh..aa.. aah enak aa.. pelanin dulu..mmhh enak kontol aa..” desahnya. “Iya sayang, ku aa ewe lalaunan (sama aa di entot pelan-pelan) aacch..ssshh..” aku meneruskan memaju mundurkan kontolku ke memeknya.

“aahh.. aa.. sshh ahhh.. cepetin a.. enak aa.. ssshh aahh.. iiihhh..aa...” Fitri mendesah sambil menggoyang-goyangkan pantatnya yang tengah ku sodok. “uuchh...sayang.. memekna enak banget..uuchh,, aahhh...” aku merem melek menikmati memek abg yang super sempit dan nikmat ini. “aaahh.. sshhh ahhh.. aa cangkeul ih.. ewean na di kasur yu atuh.. sshh ahh ahh..” Fitri mulai pegal dan minta ngentotnya diteruskan di kasur. “ahh...sshh kela..bentar lagi keluar da,, uuchh ssh ahh..” aku mempercepat kocokanku di memek Fitri masih dalam posisi yang sama. Kasihan karena pegal, akupun mempercepat entotanku agar cepat keluar. “aah.. aa.. Fitri lemes a di ewe kaya gini mah,,,shhh ahh ahh..” tangannya memegang pinggir meja menahan tubuhnya yang sintal, “ahh..tahan sayang, enak ga ku aa di ewe gini? Aah ahh ahh..” sambil terus ku percepat entotanku. “Ya enak a.. tapi pegel ihhhhh...aahh aaahh..” desahnya.

Kurasakan mani ku sudah mulai ingin muncrat. “Plak..plak..plak..” suara beradunya pahaku dengan pantatnya mendominasi di rumah yang sepi ini. “ahh.. fit, aa mau keluar fit.. ahhhh ahhhh...oooochhhh” dan crott! Akhirnya seluruh maniku hari ini muncrat semua di memek Fitri. Aku memeluknya dari belakang, menahan tubuh fitri yang hampir ambruk kelelahan aku entot. “aaahhh,, anget aa.. ngecrot a di memek fitrinya?” tanyanya sedikit bergetar. “haaah,,, iya udah say..” aku hanya memeluknya erat dari belakang, dengan posisi sekarang berdiri, dan fitri sedikit menunggingkan pantatnya setengah berdiri.

Lama aku menikmati muncratnya maniku di memek sempit Fitri. Akhirnya kontolku mengecil dan terlepas dari memeknya. “aa ih nakal.. kalo pengen ngewe Fitri teh bilang dulu atuh..kan kaget ujug-ujug ditubruk aja..hehe” protesnya lalu tersenyum manis. “aa teu tahan atuh Fit liat pantat Fitri lagi nantang gitu, jadi ku aa ewe weh cepet-cepet,” kataku sambil mencium keningnya. “hehe.. iya sih a, fitri juga sengaja da ga pake celana.. da pasti kalo aa pulang, Fitri di ewe ku aa.. jd biar gampang pake cd aja.. hehe” katanya sambil melet-melet lidah. “Tapi kirain Fitri aa mau ngewe di kasur, eh, malah langsung ditubruk, padahal Fitri udah siapin tempat tidurnya, biar aa nyaman ngewe Fitrinya,” Fitri lalu memelukku, aku mencium ubun-ubunnya.

“Ya udah, aa mandi dulu nya.. fitri mau mandi ga? Cangcutnya ga usah dipake..ntar ku aa ewe lagi memeknya abis mandi,” kataku sambil ku iseng ku pegang memeknya. “Dingin atuh a, tapi iya deh.. ntar aja mandinya Fitri mah ari mau di ewe lagi mah.. kagok ai aa..” sambil meneruskan membereskan meja yang sedikit acak-acakan akibat pertarungan tadi. Akupun bergegas ke kamar mandi, peluhku bercucuran akibat menikmati tubuh Fitri. Kulihat di belahan memek fitri meleleh cairan peju ku. Bahagia dan ada sedikit bangga juga melihat memek fitri yang belepotan oleh pejuku sendiri. Aku hanya tersenyum, lalu mengambil celanaku dan langsung ke kamar mandi.

Setelah mandi dan berpakaian, aku keluar kamar. Kulihat fitri sedang menonton tv di atas karpet. Celana dalamnya tak Fitri pakai, hanya kaosnya yang kebesaran yang dia pakai. Terlihat di mukanya yang manis, tersungging senyuman melihat acara talkshow. Melihat itu, kontolku berdiri lagi, tak bosan-bosan rasanya ingin menikmati memek Fitri lagi. Meskipun, tadi peju ku sudah keluar banyak. “Fit, udahan nontonnya, ku aa mau di ewe heula (sama aa mau di entot dulu)..” ujarku kepada Fitri. “Iya sok aja a.. ewe aja memek Fitri, tp Fitri smbil nonton ya a..” katanya sambil masih menonton tv.

Tak apalah, biar dia nonton, yang penting aku menikmati memeknya lagi malam ini. Aku buka celanaku, aku lempar sekenanya. Aku langsung ikutan duduk di karpet yang memang agak tebal itu. Aku langsung menciumnya, mata fitri masih melihat ke layar televisi. Aku langsung membaringkan fitri di karpet. Matanya masih belum juga lepas dari layar televisi. Tanpa basa basi, aku langsung menindih tubuh Fitri yang semok. Aku arahkan kontolku masuk ke memeknya. Agak susah, aku cari cari lobangnya, dan meleset-meleset. “Mau dimasukin kemana aa ih, agak bawahan..nah itu liang memek mah..” sambil tangan kiri fitri menuntun kontolku ke liang memeknya. “Sok ewe keun a, teken..” katanya begitu kepala kontolku masuk ke liang memeknya. 

Aku mulai melesakkan kontolku atas bimbingan tangan fitri. “aaahh.. enak banget fit...uuuchh..” saat aku mulai menekan kontolku ke dalam memeknya. “mmmhh..aa ih..hhi..ewe pelan-pelan a..” mata fitri kembali ke layar televisi, kepalanya yang tersandar di bantal sofa masih juga menonton tv dibalik bahuku. Sesekali tangannya memindahkan channel televisi. “aah..mmh.. suka banget ih aa ngewe fitri teh..” katanya. Aku mulai memaju mundurkan kontolku di memeknya, sambil menindih fitri dan memeluknya. “aacchh,, enak banget sih memek fitri, aa pengen ngewe terus, aach ahh ahh...shh” kataku disela-sela desahan.

Kulihat matanya yang asalnya menonton tv, mulai merem melek menikmati genjotanku. Yang kulihat, hanya segaris mata putihnya saja saking menikmati entotanku di memeknya. “Ahhhh...aa..sshh aaaahhh... terus a.. cepet ewe lagi..aahh” desahan fitri membuatku semakin bersemangat. Aku terus menikmati sodokan-sodokanku sendiri di memek fitri yang masih juga sempit. Kami berdua kini tengah berdesah, saling mencium, dan bergumul menikmati persenggamaan kami. “aa..iihh..fitri mau pipisss...aahhh iiihhhh..cepetin lagihh ngewenya..aaaaccchhhhhhhh,” kaki fitri dilingkarkan menjepit pantatku yang tengah menggenjotnya. Kurasakan jepitan dan pelukannya semakin erat menandakan ia akan orgasme, “aaaaachhhh aa....aaaaaaacccccchhhhhhhhhhhh..” fitri lalu mengejang hebat seperti cacing kepanasan. Tangannya sedikit mencakar punggungku, dan kakinya menjepit erat pantatku.

Aku semakin bersemangat menggenjot memeknya. Tak terasa hampir satu jam lebih fitri aku entot. Entah berapa kali fitri mengejang terus. Kurasa air maniku yang hanya Cuma sisa, ingin segera memenuhi rongga memeknya yang kelewat nikmat. “aaahh,,,fiit, aa mau keluar.. enaakkhh ngewe kamu Fit...ssshh aaaaaccchhhhhh” aku semakin mempercepat entotanku di memeknya. “Fitri juga enak di ewe aa,,,sssshhh aaaaacchhhh kluarin aa...ssshh aaahhh,,,fitrii lemesssshhhh...” pelukannya semakin erat.

“oooochhhh fiitt.. oooooooccch ooohhhhhh... aa keluuuarrrrhhhhh aaaaaahhhh...” dan crottt... semua maniku yang tersisa tumpah di mulut rahim Fitri. “aa......ooooooccccchhhhhhhh... huuuuhhh... aa hebat ih, ngewenya lama..uuchh fitri ampe lemes,” katanya dengan nafas yang menderu. Aku memeluknya erat mencium bibirnya, dan masih ku genjot sambil mengeluarkan semua maniku. “mmmuuaaacchh,, hooohh,,,aaaaahh ah ahhhhhh...enak bangettt sayang..huuhh.. aa puas banget sama kamu.. memek sempit kamu bikin aa ga tahan,” kataku ngos-ngosan memuji kehebatan jepitan memek fitri.

Kamipun berpelukan. Saling mencium.. saling meraba. “aa, makasih ya,,” ucap Fitri sambil tersenyum manis. Kamipun saling ngobrol, lalu menonton tv bersama. Kadang ku mainkan memek lembutnya. Fitri hanya memelukku erat sambil menonton tv. Malam itu malam yang romantis. Meski tidak diteruskan ngentot lagi, kami berdua tertidur di karpet depan tv. Kami berdua tanpa celana, namun masih memakai kaos. Entah kenapa, sejak malam itu aku mulai mencintai Fitri, pembantu yang juga budak seks-ku.

Kumpulan foto cewek, cewek bugil, cewek ABG, cewek imut, cewek sekolah, dan foto cewek sexy  semua ada disini. Yang suka cerita panas, cerita seks, cerita mesum juga ada. Semua bacolan lengkap tersaji disini. bacolable.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

My Instagram